Indonesia sejatinya tidak pernah kekurangan arsitek. Buktinya, banyak arsitek Indonesia yang berhasil mengukir prestasi mengagumkan melalui karya arsitekturnya, baik di kancah nasional maupun internasional. Sayangnya, peran arsitek dan karya arsitektur belum dimaksimalkan keberadaannya oleh banyak pihak. Padahal, keduanya mampu mengangkat harkat dan derajat suatu daerah atau bangsa.
Banyuwangi bisa dikatakan sebagai kota kabupaten kreatif yang luar biasa spesial. Jauh dari hiruk-pikuk ibu kota dan berada di pelosok daerah, tak menyurutkan semangat Banyuwangi untuk berbenah diri. 7 dari 16 subsektor dunia kreatif yang digagas Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), telah dikembangkan Banyuwangi. Ketujuh subsektor ini meliputi fashion, kriya (kerajinan), seni rupa, seni pertunjukan, kuliner, musik, dan desain komunikasi visual.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, sepertinya sangat paham dalam mengembangkan Banyuwangi. Meretas dari kegiatan ekonomi kreatif yang melibatkan masyarakat sekitar, Anas mampu membawa Banyuwangi “berlari kencang” hingga dikenal oleh banyak orang. Bahkan, kesuksesan ini pada akhirnya mampu menarik para investor dalam dan luar negeri untuk berinvestasi di Banyuwangi. Di titik inilah, Anas sadar bahwa Banyuwangi butuh peran arsitek untuk mengembangkan infrastruktur di Banyuwangi.
Sosok Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang memiliki segudang prestasi karena berhasil mengembangkan Banyuwangi.
Lihatlah kini, hampir seluruh proyek besar di Banyuwangi melibatkan arsitek hebat Tanah Air, seperti Adi Purnomo (Mamo), Andra Matin, Budi Pradono, Yori Antar, dan masih banyak lagi. Berbagai karya arsitektur dari para arsitek hebat tanah air ini bisa dilihat di Bandara Udara Banyuwangi, Stadion Olahraga Diponegoro Banyuwangi, tempat wisata, hotel, ruang terbuka hijau, bangunan pemerintah, industri, hingga lembaga pendidikan dan kesehatan.
“Banyuwangi ingin menjadikan arsitek dan arsitektur sebagai bagian integral dalam pembangunan daerah. Saya ingin semua bangunan publik di Banyuwangi tak sekadar sukses secara fungsional, tapi juga estetis dan berkelanjutan,” ucap Anas. “Sekaligus, dapat menjadi ikon dan destinasi wisata,” tambahnya. Atas dasar inilah, Pemkab Banyuwangi menggelar Festival Arsitektur Nusantara yang diadakan pada 11-15 Maret 2019.
Demi menyukseskan Festival Arsitektur Nusantara, Pemkab Banyuwangi berkolaborasi dengan PT Propan Raya, Kementrian Pariwisata RI, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Timur, dan Arsitek Muda Banyuwangi (AMB). Pada acara ini, sebanyak 175 arsitek Tanah Air turut hadir berpartisipasi menyemarakkan acara Festival Arsitektur Nusantara di Banyuwangi.
Presiden Direktur PT Propan Raya Hendra Adidarma saat memberikan sambutan dan pandangan terkait dengan Arsitektur Nusantara.
"Festival Arsitektur Nusantara adalah komitmen Banyuwangi mendukung pengembangan kekayaan arsitektur lokal yang sangat beragam di Tanah Air. Di Banyuwangi, arsitektur adalah bagian penting dari pembangunan. Kami menitipkan arsitektur sebagai produk kebudayaan kepada kemajuan ekonomi yang sedang berlangsung,” ucap sang Bupati.
Presiden Direktur PT Propan Raya, Hendra Adidarma, mengungkapkan kebanggaannya bisa bergabung menjadi penyelenggara acara ini. “Apa yang dilakukan Pemkab Banyuwangi ini sangat sejalan dengan apa yang telah dibuat Propan Raya, seperti menyelenggarakan sayembara Desain Arsitektur Nusantara, roadshow Arsitektur Nusantara, hingga mengembangkan cat untuk mendukung Arsitektur Nusantara,” ucap Hendra Adidarma.
Bahkan, menutur Direktur PT Propan Raya Yuwono Imanto, perusahaan cat asli Indonesia sudah berencana akan membuat buku Collaborative Innovation dimana Ekosistem Inovasi dan arsitektur sebagai infrastuktur untuk Membangun Kota Kreatif. “Dan Banyuwangi merupakan role model yang tepat karena sudah mampu menyandingkan Arsitektur Dalam Pembangunan Daerah,” ucap Yuwono Imanto yang juga menjabat Dewan Pengarah Indonesia Creative Cities Network (ICCN).
Ada banyak arsitek yang hadir pada acara Festival Arsitektur Nusantara di Banyuwangi.
Deputi Kemenpar RI Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Dadang Rizki Ratman, yang mewakili Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam sambutannya mengungkapkan bahwa Arsitektur Nusantara sudah selayaknya dikembangkan setiap daerah hingga menjadi sebuah pariwisata yang menarik. “Perlu diketahui, mengembangkan pariwisata bukanlah sekadar buang-buang uang dan hura-hura. Berkembangnya pariwisata akan meningkatkan ekonomi dan pendapatan masyarakat. Bukti paling nyata, ya Banyuwangi,” ucapnya.
Mengusung nama Festival Arsitektur Nusantara, acara ini dihadiri sejumlah arsitek hebat tanah air seperti Andra Matin, Yori Antar, dan Budi Pradono. Selain itu, ada Josef Prijotomo, Jeffrey Budiman, Adi Purnomo, Denny Gondo, Achmad Noerzaman, dan arsitek lainnya. Bahkan, sebagian dari arsitek tersebut telah terlibat mengembangkan proyek-proyek prestisius di Banyuwangi.
Pada penyelenggaraan kali ini, Festival Arsitektur Nusantara menyajikan beragam kegiatan. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Banyuwangi, Mujiono, mengungkapkan bahwa dalam festival tersebut para arsitek akan mengikuti lokakarya dan mengunjungi sejumlah ruang publik di Banyuwangi yang telah mendapat sentuhan arsitek. “Lokakarya akan mengangkat berbagai tema seputar peran arsitektur dalam pariwisata dan industri kreatif untuk pengembangan daerah,” ujar Mujiono.
Para pembicara yang mengisi acara Loka Karya pada rangkaian Festival Arsitektur Nusantara.
Para pembicaranya adalah Abdullah Azwar Anas, Msi (Bupati Banyuwangi), Prof. Dr. Ir. Josef Prijotomo, M.Arch. (Guru Besar Arsitektur dan Peneliti Arsitektur Nusantara), Ir. Andramatin, IAI (Arsitek), Ir. Yori Antar, IAI (Arsitek), dan Dr. Ir. Yuwono Imanto, MBA. (Dewan Pengarah Jejaring Kota Kabupaten Kreatif Indonesia-ICCN). Dalam acara ini juga diluncurkan buku 'Banyuwangi Now' karya Imelda Akmal.
Yang tak kalah penting, juga diluncurkan sayembara desain arsitektur yang mengusung tema “Sayembara Arsitektur Tourist Information Center (TIC) Banyuwangi”. Rencananya, desain ini akan dibangun oleh Pemkab Banyuwangi. “Kami mengajak seluruh arsitek untuk ikut menyumbangkan idenya mendesain bangunan TIC yang lokasinya berada di kaki Gunung Ijen Banyuwangi,” ucap Anas.
Dengan semua yang telah dilakukan Banyuwangi, rasanya tak salah jika Banyuwangi menyelenggarakan Festival Arsitektur Nusantara. Semoga, apa yang dilakukan Banyuwangi bisa ditiru oleh kota kabupaten kreatif lain di Indonesia. Salam Arsitektur Nusantara, Wonderfull Indonesia.