Diadakannya seminar bertema “Teknologi tercanggih untuk meningkatkan produktifitas industri mebel dan kerajinan Nasional” tak terlepas dari pertumbuhan kinerja ekspor produk furnitur dan kerajinan di Indonesia yang belum maksimal. Berdasarkan data perkiraan dari Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), di akhir tahun ini pertumbuhannya diperkirakan hanya 5%-6%.
Menyadari masih banyaknya potensi yang dimiliki Indonesia dalam industri mebel dan kerajinan Nasional, HIMKI menggandeng perusahaan cat PT Propan Raya divisi Industri dan Wakeni sebagai pihak penyelenggara dari Pameran IFMAC 2019, mengadakan acara seminar dengan para pelaku industri. Acara ini dilangsungkan di Hotel Golden Tulip Surabaya, pada Selasa, 20 Agustus 2019.
“Tujuan dari acara ini adalah mencari solusi bagi para pelaku industri agar dapat meningkatkan pertumbuhan kinerja ekspor produk mebel dan kerajinan di Indonesia, terutama di Jawa Timur, sehingga hasilnya lebih meningkat,” ucap Industry Operational Management Head Agus Dwi Purnama.
“Selain itu, acara ini juga ditujukan untuk menyukseskan Pameran IFMAC 2019, dimana Propan Raya sudah 3 tahun berturut-turut berpartisipasi menjadi exhibitor,” tambah GM Wakeni, Sofianto. Melalui acara ini, para anggota HIMKI bisa mendapat kesempatan untuk melihat perkembangan teknologi terbaru bidang komponen furnitur dan permesinan kayu.
Acara ini menggandeng pihak-pihak penting, yakni HIMKI, Propan Raya, dan Wakeni.
Acara ini dibuka oleh Chairman DPD HIMKI Jawa Timur, Nurcahyudi, yang menekankan bahwa potensi Industri mebel dan kerajinan di Jawa Timur di tahun ini diharapkan dapat tumbuh melebihi target. Apalagi, industri mebel dan kerajinan di Jawa timur masih menempati prosentasi yang sangat tinggi. “Anggota HIMKI Jatim masih memberi kontribusi ekspor nasional hingga 40 persen,” ucap Nurcahyadi.
Senada dengan Nurcahyadi, Sekjen HIMKI Abdul Sobur menjelaskan bahwa Industri furnitur di Indonesia harus bisa beradaptasi secara cepat dan tepat karena kita tidak hanya bersaing secara nasional, tetapi global. Untuk itulah, Abdul Sobur mendorong anggotanya agar melakukan invetasi di sektor permesinan kayu demi meningkatkan kompetisi. “Langkah ini diharapkan juga bisa meningkatkan kinerja ekspor HIMKI Jatim, yang di tahun ini diprediksi stagnan,” ucapnya.
Panitia dan pihak penyelenggara acara seminar.
Kedua pengurus HIMKI tersebut, sepakat investasi di mesin komponen furnitur dan permesinan kayu, dipercaya dapat meningkatkan kemampuan produksi dan daya saing produk mebel dan furnitur Indonesia di pasar ekspor. Langkah ini pun telah dilakukan negara lainnya, seperti Vietnam, hingga mereka mampu meningkatkan ekspornya. “Jangan sampai kita tertinggal,” ucap Abdul Sobur.
Di sisi lain, berbicara persaingan bukan sekadar hanya pada SDM dan teknologi, tetapi juga menyangkut bahan baku. Salah satu aspek yang tak kalah penting adalah pemilihan finishing. Jangan sampai furnitur dan kerajinan sudah dirancang baik dan manggunakan teknologi mesin terbaru, tetapi finishing-nya tidak kompeten dan kualitasnya di bawah standar. Untuk itulah, Propan Hadir memberi edukasi agar furnitur yang dibuat hasilnya lebih maksimal.
Presentasi dari Propan diwakili oleh Business Unit Industri PT Propan Raya, Michel Wahyudi.
Adalah Business Unit Industri PT Propan Raya, Michel Wahyudi, yang menjelaskan pentingnya pemilihan finishing dalam industri mebel dan kerajinan. “Dengan kompetisi yang semakin hebat ini, kami dari Propan Raya siap mendukung kebutuhan market Industri furnitur saat ini yang menekankan kepada efisiensi, produktifitas tinggi, dan ramah lingkungan,” ucap Michel.
Beragam produk inovasi PT Propan Raya yang ramah lingkungan dan berbasis air (water based) tak hanya dipresentasikan, tetapi juga di pamerkan di area acara seminar. Para peserta yang hadir pun sangat antusias mengikuti jalannya acara seminar ini. “Semoga, apa yang kami lakukan dapat berkontribusi bagi bangsa Indonesia, terutama untuk industri mebel dan kerajinan,” tutup Agus DP.