Tak pernah terlintas di benak Sesa Susanti atau kerap disapa dengan nama Ce Susanty, bahwa dirinya akan terjun ke dunia pertukangan. Memiliki latar belakang pendidikan jurusan Sastra Inggris di Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung, ia awalnya memiliki mimpi bekerja di kantoran atau menjadi guru. Tapi takdir membawa dirinya ke bidang lain. Kini, ia menjadi female woodworker atau tukang kayu perempuan, sebuah profesi yang jarang dijumpai di Indonesia.
Sebagai seorang perempuan, menggeluti profesi female woodworking memang terasa masih aneh di Indonesia. Dunia pertukangan sangat identik dengan dunia laki-laki. Tetapi, kenyataannya Ce Susanty terjun di dunia yang dominan digeluti kaum adam ini. Sudah 3 tahun lebih ini ia terjun menggeluti dunia female woodworking. Dunia yang tak hanya mengandalkan keahlian dan seni, tetapi juga tenaga. Walaupun begitu, mojang cantik asal Tangerang ini tak merasa terbebani dengan pekerjaannya.
“Awal saya terjun ke dunia woodworking ini dikira saya stress. Orang masih menganggap ini profesi yang aneh digeluti perempuan. Mungkin, karena di Indonesia, dunia nukang ini kan identik dengan laki-laki. Bahkan, ketika pertama kali klien lihat dulu, rasa tidak percayanya juga sangat besar. Apalagi, waktu menentukan harga. Pas deal-dealan harga, mereka suka seenaknya di bawah standar. Dikiranya, saya enggak bisa nukang,” ucap Ece, panggilan lain Sesa Susanti.
Berbagai hambatan ini tak menyurutkan langkah Ece untuk terus menggeluti dunia pertukangan. Padahal, ia tak memiliki latar belakang di bidang ini. Modalnya hanya suka ngulik dengan berbagai macam benda yang ada, termasuk membuat furnitur. “Awal terjun sih hasil dari ngulik dan keusilan saya. Dulu, kan ada kayu dan gergaji juga di rumah, lalu iseng-iseng buat meja pojokan. Pas jadi, hasilnya bagus. Dari situ, saya mulai makin suka,” ucapnya.
Tak sekadar suka, Ece pun makin ngulik dan enggak mau bangga dengan karyanya. Ia terus bereksperimen dengan beragam furnitur lainnya. Ia juga membuat workshop pertukangan dengan nama Nalaktak Kai yang beralamat di Jalan Arya jaya Sentika Desa Pasir Nangka Kecamatan Tiga Raksa, Kabupaten Tangerang. “Nalaktak Kai dalam bahasa sunda artinya enggak mau diem, suka ngulik,” ucap si hijab yang superaktif ini. “Kecintaan saya semakin dalam pas tahu bisnis ini menghasilkan,” tambahnya.
Kini, ia sudah bisa membuat beragam jenis furnitur dari kayu. Bahkan, beberapa juga sudah di mix dengan besi. Furnitur yang dibuat meliputi, meja pojok, coffe table, meja meeting, nakas, tempat penyimpanan, aksesori interior, dan masih banyak lagi. Walau beberapa orang sudah menilai dirinya kian profesional, tetapi Ece sadar masih butuh banyak belajar. Ia tak ingin hambatan-hambatan yang lama, terjadi lagi. Misal, salah memilih jenis kayu, dibohongi harga kayu, atau salah aplikasi.
“Saya punya cerita lucu dengan Propan Impra. Pernah ngecat Pakai Impra 2 komponen, tapi enggak kering-kering. Padahal, itu saya aplikasikan untuk furnitur pameran. Selama pameran, catnya basah dan enggak mau kering-kering. Serius, saya bingung. Itu beneran buat saya panik dan pengen nangis,” kenangnya sambil tertawa geli. Ternyata, Ece salah aplikasi. Impra 2 komponen harus menggunakan harderner. Ketidak mengertian dirinya tentang finishing cat membuatnya salah aplikasi.
Berbekal hal ini, ia pun terus belajar banyak. Baginya, sudah tanggung terjun. Jadi, mau tidak mau akan dia selami semakin dalam. “Saya banyak belajar dari banyak sumber. Saya juga banyak belajar dari teman-teman komunitas HobiKayu Tangerang yang suka berbagi pengalaman. Tak luput, saya juga terima kasih kepada Propan karena sering mengadakan workshop. Jadi, saya bisa cepat paham serta enggak salah aplikasi lagi,” ucapnya. Kini, ia pun paham produk-produk finishing yang baik untuk furnitur, seperti Acrylux, Go Fast A-1000, Aqua Wood Finishing, dan masih banyak lagi.
Mimpinya saat ini, selain bisa mengembangkan workshop, ia ingin membuat galeri furnitur sendiri. Selain itu, ia ingin menjadikan masyarakat Tangerang jadi lebih kreatif. “Saya pernah tinggal di Bandung. Orang-orangnya sangat kreatif. Saya terinspirasi. Saya ingin masyarakat Tangerang juga bisa lebih kreatif seperti Bandung,” ucapnya. Semoga, apa yang dimimpikan Ce susanty bisa terkabul. Salam, kreatif!