Universitas Brawijaya menjadi tempat berlangsungnya roadshow Arsitektur Nusantara 2018 ketiga yang diselenggarakan PT Propan Raya. Masih mengusung konsep yang sama, acara ini dikemas dalam bentuk kuliah umum dan workshop pengecatan. Para pesertanya adalah para mahasiswa-mahasiswi, akademisi, arsitek, dan komunitas arsitektur di Malang.
Roadshow Arsitektur Nusantara 2018 terus mengudara. Setelah berhasil dilaksanakan di Universitas Negeri Surakarta (UNS) pada 30 Mei 2018 dan UKDW pada 30 Agustus 2018, roadshow ketiga berlabuh di Universitas Brawijaya Malang pada 18 September 2018. Acara roadshow Arsitektur Nusantara kali ini dimulai dengan sambutan dari Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Malang, Drs. Wasto, SH., MH.
“Kami mengapresiasi Propan Raya terkait dengan komitmennya dalam menjaga dan melestarikan Arsitektur Nusantara. Apalagi, hal ini dilakukan di kampus-kampus yang kita ketahui bahwa mahasiswa-mahasiswi ini adalah generasi penerus bangsa. Semoga mereka bisa terus mengenal, menjaga, dan melestarikan Arsitektur Nusantara, serta dapat membangun biro arsitek sendiri,” ucap Wasto.
Setelah sambutan, sesi pertama acara kuliah umum dimulai. Para pembicara yang mengisi acara pada sesi ini adalah Direktur PT Propan Raya sekaligus inisiator Sayembara Desain Arsitektur Nusantara dan juga sebagai Dewan Pengarah Indonesia Creative Cities Network, Ir. Yuwono Imanto, MBA; Ketua Malang Creative Fusion (MCF) sekaligus Direktur Paradise Group, Vicky Arief Herinadhama S.Kom; Profesor dan Peneliti Arsitektur Nusantara, Prof. Dr. Ir. Josef Prijotomo, M. Arch; dan Andy Rahman, seorang praktisi arsitek muda dari Surabaya.
Mengusung tema “Ekosistem Inovasi Industri Kreatif dan Pengembangan Kota Kreatif di Indonesia”, Yuwono mengungkapkan pentingnya para arsitek melihat peluang dan berani menjadi creativepeneur. “Kami memotivasi calon arsitek maupun arsitek muda bisa menjadi arsitek Indonesia yang berani menjadi creativepreneur di era arsitektur masa kini dengan membuka firma arsitektur ataupun menjadi profesional arsitek tanpa meninggalkan identitas bangsa melalui desain Arsitektur Nusantara,” ucapnya.
Menurut Yuwono, hal ini penting dilakukan karena masih kecil sekali jumlah arsitek yang ada di Indonesia. Padahal, jika melihat fakta yang ada, Indonesia memiliki 143 jurusan arsitektur. Dengan jumlah sebanyak itu, minimalnya setiap tahun Indonesia meluluskan ±3.000 lulusan arsitek dari seluruh jurusan arsitektur di Indonesia. “Realitanya, prosentase orang yang terjun ke dunia arsitektur, menjadi arsitek, dan membuka biro sendiri masih kecil (hanya sekitar 5%– 8%), sedangkan yang menjadi creativepreneur dalam arti membuka kantor atau biro arsitek sendiri hanya 1%-2%.
Lantas, langkah apa yang harus dilakukan agar menjadi creativepreneur di era arsitektur masa kini? Yuwono menerangkan bahwa seorang arsitek muda atau calon arsitek harus terus belajar, terus berinovasi, bikin berjejaring sebanyak mungkin baik di dunia maya dan nyata, memanfaatkan penelitian-penelitian yang telah dibuat oleh para peneliti di universitas, serta mencari dukungan pemerintah agar mendorong terjadinya ekosistem inovasi yang terdiri dari unsur-unsur Akademisi (A), Praktisi Arsitek (B), Komunitas Arsitek (C) dan Pemerintah (G).
Agar lebih memahami tentang creativepreneur, roadshow kali ini menghadirkan Vicky Arief Herinadhama sebagai orang yang ahli di dunia kreatif. Mengusung tema “Malang Creative Fusion dan jejaring ICCN Jawa Timur”, Vicky memaparkan bagaimana menjadi seorang yang kreatif. Selain itu, ia juga mengumumkan acara Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) yang akan dilaksanakan di Yogyakarta, 15-18 Oktober 2018, mendatang.
Sementara, pembicara utama, Prof. Josef Prijotomo mengangkat tema “Arsitektur Nusantara Mengkini”. Menurutnya, berbicara Arsitektur Nusantara bukan berarti harus mengaplikasi secara sepenuhnya Arsitektur Nusantara yang dahulu pernah ada. “Kita bisa mengambil konsep besarnya. Yang penting, rupanya masih tetap ada dan menjadi identitas dari bangunan yang dibuat,” ucapnya. Salah satu contoh bangunan Arsitektur Nusantara yang bagus amenurut Prof Josef dalah Bandara Internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali.
Sebagai pengingat, roadshow Arsitektur Nusantara 2018 juga merupakan bentuk realisasi dari kado ulang tahun ke-70 yang diberikan oleh CEO PT Propan Raya Kris Rianto Adidarma kepada Prof. Dr. Ir. Josef Prijotomo, M. Arch, yang pernah memperoleh penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden Jokowi pada tahun 2015. Pemberian kado ini dilakukan bertepatan dengan acara Sarasehan Arsitektur Nusantara di Surabaya pada 12 Maret 2018.
Pada sesi kedua, pembicara yang dihadirkan tak kalah menarik. Ada Produk Manajer Cat Tembok, Ir. Sunardi Liemantika, dan arsitek yang saat ini terkenal dan sedang hits, yakni Andy Rachman. Sunardi memaparkan tentang berbagai macam finishing cat tembok, permasalahan yang sering terjadi, berikut dengan solusinya. Sementara, Andy Rachman memaparkan tentang “Semangat Mengembalikan Arsitektur Ketukangan Nusantara, Semangat Mengkinikan Arsitektur Nusantara”.
“Kita memiliki banyak material lokal yang melimpah dan harganya murah, seperti halnya batu-bata. Tetapi, masih banyak yang menilai material ini murah dan murahan. Padahal, jika diaplikasikan dengan benar dan dirancang dengan tepat, batu-bata juga bisa tampil menawan,” ucap Andy Rachman. “Begitu juga dengan tukang, jika dididik dengan benar, mereka juga akan menjadi teman kerja arsitek yang hebat,” tambahnya.
Dengan adanya kuliah ini, semoga para arsitek muda dan calon arsitek jadi lebih paham bahwa Arsitektur Nusantara juga tak kalah hebat dengan arsitektur luar. Mereka juga jadi berani untuk mengembangkan talenta dan membuat biro arsitek sendiri.